Naskah Lakon Meraung
MERAUNG
Ide cerita: Cerita rakyat Desa Londerang, Kecamatan
Kumpeh, Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi
Penulis Naskah: Febrianiko Satria
Untuk pementasan harap meminta izin kepada Penulis
Deskripsi Tokoh:
1.
Supik: Seorang gadis yang memiliki penyakit Ayan, rambut ikal berantakan,
memakai baju kurung, kain panjang sampai mata kaki dan memiliki tompel di pipi
kiri. Ia hidup sendirian di desa, dikucilkan dan dijauhi dari kehidupan.
2.
Zulaikha: Seorang Ibu rumah tangga, memakai baju kurung, suka bergosip, sangat
sombong, sangat cerewet,iri kepada orang lain dan sangat jijik dengan orang
yang memiliki penyakit Ayan.
3.
Azila: Seorang Ibu rumah tangga, memakai baju kurung, polos, baik. punya empati
kepada orang lain.
4.
Tolet: Seorang Pria, memakai baju melayu, memiliki nafsu birahi yang tinggi,
suka meremehkan orang lain dan sombong.
5.
Muaz: Seorang Pria, memakai baju melayu, pura-pura baik dan ramah kepada orang
lain, sombong, meremehkan orang lain dan memiliki nafsu birahi yang tinggi
terhadap perempuan.
6.
Yanti: Seorang anak perempuan, polos, riang dan suka berain permainan
tradisional.
7.
Pencuri: Sorang laki-laki atau perempuan, memakai penutup wajah dan sangat
waspada.
ADEGAN
1
Panggung
menggambarkan perdesan terdapat rumah
panggung yang reot. Didalam rumah panggung yang reot tinggallah Supik. Supik
memiliki rambut ikal berantakan, tompel di pipi sebelah kiri, memakai baju
kurung dan kain panjang sampai mata kaki. Supik sedang duduk melamun.
1.
Supik: Inilah aku, Supik. Tinggal sendirian di rumah yang sudah reot, tanpa ada
sanak saudara, disini orang-orang di sekitar mengucilkanku, mereka tidak mau
bergaul ataupun bercengkrama denganku. Satu-satunya orang yang mau menemaniku
dan menyayangiku hanyalah orang tuaku
tapi sayangnya mereka telah meninggal dunia. Kini tinggallah aku sendirian. Ya
Tuhan, mengapa nasibku buruk sekali. Aku tidak mengerti mengapa tetangga
sekitar menjauhiku. Setiap aku berjalan kmereka langsung pergi. Setiap aku
ingin bertamu mereka langsung mengusirku. Mereka bilang kalau aku terkena
Penyakit Ayan dan mereka tidak mau dekat-dekat dengan alasan takut tertular
penyakitku. Padahal penyakitku ini tidak menular sama sekali. (menangis
terisak)
Dari
bangku penonton Zulaikha berdiri dengan wajah penuh kesal memarahi Supik.
2.
Zulaikha: Supik pergi dari sini! Jangan dekat-dekat dengan kami! (mendatangi
Supik lalu menendangnya) Pergi kau dari sini! (Supik ketakutan dan kembali ke
panggung Zulaikha masuk ke panggung) Ih dasar menjijikkan. Kadang-kadang
penyakitnya suka kumat sendiri. Kalau sudah kumat dia bisa mengamuk lalu
menghancurkan segala yang ada disekitarnya. Ih pergi sana! Nanti aku malah
ketularan penyakitmu.
Supik semakin sedih. Tiba-tiba penyakit Ayannya
kambuh. Supik lalu terjatuh dan tubuhnya kejang-kejang di seluruh anggota tubuh.
3.
Zulaikha: (Ketakutan) Waduh sakitnya kumat
lagi. Tolong Supik kumat! Tolong!
Zulaikha
meninggalkan panggung dengan wajah penuh ketakutan. Tidak lama kemudian Supik
berhenti mengamuk. Supik menangis tersedu-sedu.
4.
Supik: Sampai kapan aku harus terus sakit? Sampai kapan Tuhan? (Penyakit Ayan
Supik kembali kambuh Supik lalu mengamuk tidak terkendali. Setelah itu ia
terduduk putus asa) Mungkin selamanya aku akan tetap seperti ini. Terusir dari
kehidupan tenggelam dalam kesunyian.
ADEGAN
2
Dari
sisi kiri panggung datanglah Pria memakai pakaian melayu. Lelaki itu menatap
Supik dengan tatapan penuh nafsu.
5.
Tolet: Eh. Bukan kah itu Supik. (mengawasi keadaan sekitar) Tampaknya dia
sendirian aja. Sepertinya aku bisa
senang-senang malam ini (tertawa). Tunggu dulu. Kalau aku lakukan itu apakah
dia ngadu ya? (berpikir) Ah tidak usah takut. Dia kan dianggap orang gila
disini. Disini dia sudah jadi sampah oleh masyarakat sekitar. Sebaiknya ku
dekati saja perawan itu.
Tolet
pelan-pelan berjalan mendekati Supik. Ekspresi Tolet menunjukkan dia sudah sangat
bernafsu dengan Supik. Tolet lalu mendekati Supik.
6.
Tolet: Malam manis.
7.
Supik: Kau siapa?
8
Tolet: Saya cuma kebetulan lewat disini aja kok manis.
9.
Supik: Dari mata mu. Tampaknya kau bukan orang baik-baik. Pergi! Pergi dari
sini!
10.
Tolet: Saya ini orang yang baik kok, Manis. Lagipula saya juga baru datang masa
sudah disuruh pergi. Saya disini juga mau menemani Supik biar tidak sendirian.
11.
Supik: Saya tidak butuh ditemani. Saya sudah terbiasa hidup sendiri!
12.
Tolet: Tenang, tenang dulu. Masa hanya menemani Supik saja sudah disuruh pergi.
Daripada Supik sendirian disini lebih baik bermain berdua saja dengan Abang.
Terjadi
perkelahian antara Tolet dengan Supik.Supik berusaha sekuat tenaga untuk bisa lepas
dari cengkraman Tolet tetapi sayangnya Supik tidak bisa lepas dari Tolet. Supik
meronta, dia berteriak minta tolong sambil terus berusaha agar bisa lepas dari Tolet.
Supik lalu diseret oleh Tolet ke suatu sudut. Lampu lalu padam yang terdengar
hanya suara rintihan Supik dan tawa keras Tolet.
Lampu
menyala kembali. Pakaian Supik tampak melorot. Supik sedih dan menangis.
Zulaikha
berjalan masuk ke panggung. Dia berjalan sendirian sambari melihat pemandangan
desa. Zulaikha tidak sengaja bertemu dengan Supik. Zulaikha menatap Supik
dengan sangat jijik.
13.
Supik: Bu tolong saya. Tadi ada pria yang memperkosa saya. Tolong saya Bu.
Tolong bantu saya menghukum mereka.
14.
Zulaikha: Hah? Apa aku tidak salah dengar? Memangnya ada lelaki yang bernafsu
dengan wanita sepertimu? Kau pasti sedang ngigau (tertawa)
15.
Supik: Saya tidak ngigau, Bu. Ada seorang pria tadi yang datang lalu memperkosa
saya.
16.
Zulaikha: Ah palingan kau berbohong. Palingan Cuma orang gila aja yang mau
denganmu.
17.
Supik: Bu tunggu Bu. Saya tidak berbohong, Bu. Dia benar-benar merebut
keperawanan saya. Tolong bantu saya. Tolong bantu saya untuk menghukum Pria itu.
Zulaikha lalu pergi sambil menyanyi
lagu daerah Jambi.
LAMPU
MATI
Lampu
kembali hidup menampilkan siluet Supik yang sedang melahirkan anaknya. Supik
berusaha keras agar anaknya bisa lahir. Tidak lama kemudian anak Supik lahir.
Seorang pencuri mengendap-endap lalu mengambil anak Supik yang baru saja lahir
Supik berusaha untuk mempertahankan anaknya. Namun karena ia terlalu lelah
sehabis melahirkan, Pencuri berhasil membawa lari anak Supik yang baru saja
dilahirkan. Supik lalu menangis dan eronta-ronta.
LAMPU
PADAM
Supik
tampak sendirian ditengah-tengah panggung. Dia tampak sedang sedih.
18.
Supik: Anakku kau dimana?
Tampak
Zedda dan Azila sedang berjalan dipanggung. Mereka tampak heran melihat Supik
yang sedang sedih.
19.
Azila: Kenapa tuh Supik nangis?
20.
Zedda: tak usah dihiraukan, Bu. Dia itu sakit gila babi. Kalau kita dekat-dekat
dengan dia bisa-bisa kita tertular.
21.
Azila: Kenapa kau nangis Supik?
22.
Supik: Anakku dicuri, Bu. Kemarin aku melahirkan anakku tapi ia dicuri oleh
pencuri.
23.
Zedda: Hah dicuri? Memangnya ada yang mau mencuri anakmu? Ih. Hanya orang tidak
waras saja yang mau mencuri anakmu. Udah kita tinggalin aja. Palingan anaknya
itu sebenarnya tidak ada dan dia hanya mengarang cerita saja untuk menipu kita.
Ayo kita pergi dari sini.
24.
Azila: Tapi
25.
Zedda: Sudahlah ayo pergi.
Muaz masuk ke panggung. Muaz itu heran melihat
Supik. Muaz itu memberanikan diri mendekati Supik.
26.
Muaz: Hey kamu! Kenapa kau menangis sendirian disini?
27.
Supik: Aku baru saja kehilangan anak pertamaku. Ia dicuri setelah aku
melahirkannya. Kamu siapa? Tampaknya kamu bukan laki-laki yang baik.
28.
Muaz: Tenang, jangan takut. Aku orang yang baik. Aku hanya kebetulan lewat
disini.
29.
Supik: Kau pasti berbohong. Aku pernah diperkosa oleh orang yang pura-pura baik
sepertimu. Jangan-jangan kau sama seperti orang itu. Kau pasti hendak
memperkosa ku juga kan?
30.
Muaz: Tenang aku tidak akan memperkosamu. Justru sebaliknya, Aku akan
membantumu menemukan anakmu yang hilang itu.
31.
Supik: Apa kau berbohong?
32.
Muaz: Demi Tuhan aku tidak berbohong.
33.
Supik: Kau boleh membantuku tapi kau akan tetap ku awasi. Aku masih tidak
percaya denganmu.
34.
Muaz: Terserah kau saja. Dimana kira-kira kau kehilangan anakmu?
35.
Supik: Disini (pergi ke arah belakang panggung). Disini aku kemarin
melahirkannya lalu tiba-tiba ada seorang manusia datang mengendap-endap lalu
membawa lari anakku.
36.
Muaz: Kira-kira kemana ia pergi?
37.
Supik: Kesana (menunjuk ke arah kanan penonton). Ia pergi ke dalam sana.
40.
Muaz: Berarti pelakunya adalah orang yang berasal dari daerah itu kemungkinan
anakmu masih ada disana. Ayo kita segera kesana.
41.
Supik: Ayo.
Muaz dan Supik pergi menuju ke arah kanan penonton.
Mereka lalu mencari anak Supik diantara kerumunan penonton. Setelah lelah
mencari Supik dan Muaz kembali ke panggung.
42.
Supik: Anakku kau dimana nak? (sedih) kemana lagi Mak harus mencarimu?
43.
Muaz: Mungkin dia tidak ada disana. Mungkin dia ada ditempat yang lain.
44.
Supik: Dimana?
45.
Muaz: Disana (menunjuk ke arah kiri dalam panggung). Iya coba kita cari dulu
disana.
46.
Supik: Kau yakin?
47.
Muaz: Kita coba dulu.
Mereka kemudian pergi ke arah kiri panggung.
48.
Supik: Kau yakin disini tempatnya?
49.
Muaz: Ya aku yakin disini tempatnya. Tempat dimana kau akan mendapat anakmu
yang baru (menatap Supik penuh nafsu)
50.
Supik: Kau berbohong kau sengaja menipuku.
51.
Muaz: Kau saja yang bodoh.
52.
Supik: Hentikan! Tolong!
Lampu
mati. Terdengar suara Supik merintih dan
minta tolong yang terdengar parau. Terdengar juga suara tawa dari Muaz itu.
Lampu
kembali hidup. Dipanggung tampak Supik sedang menimang-nimang anaknya.
53.
Supik: Cup cup anak emak yang ganteng. Siapa yang ganteng. Siapa yang
ganteng (terdengar suara bayi tertawa)
Lucunya anak emak ini. (terdengar suara bayi menangis) kenapa anak emak nangis?
Oh kamu pipis ya. Emak ganti duluya celananya. (menaruh anaknya ditempat tidur
lalu mencaari celana ganti)
Sesosok manusia memakai penutup kepala masu ke dalam
panggung. Lalu pergi membawa bayi Supik. Supik berusaha merebut kembali
anaknya. Terjadi pertikaian diantara mereka. Mereka bertengkar hebat. Supik
tidak bisa mengehentikan pencuri itu. Pencuri itu lalu pegi membawa kabur bayi
Supik.
Supik menangis meratapi kepergian anaknya. Lampu
merah menyorot Supik yang sedang menangis.
54.
Supik: Anakku baru sbeberapa hari yang lalu engkau kulahirkan, Kini kau sudah
dicuri oleh orang lagi. Kenapa hal ini terjadi lagi? Kenapa? Siapapun tolong.
Tolong aku! Tolong aku untuk mengambil lagi anakku.
Tolet
masuk ke panggung dia datang dengan sangat santai.
55.
Tolet: (tertawa) Percuma saja tidak akan ada yang mendengarmu. Tidak ada
satupun orang-orang di desa ini yang peduli denganmu. Lihat! Coba lihat! Mana
ada orang yang mau membantumu!
56.
Supik: Itu tidak benar. Itu tidak mungkin!
57.
Tolet: Buka matamu. Lihat! Tidak ada satupun orang yang mau menghapus
kesedihanmu. Tidak ada satupun! Daripada kau menangis terus lebih baik kau
menghibur diriku. Aku sangat suka dengan pelayanan yang kau berikan pada waktu
itu.
58.
Supik: Tidak! Pergi! Hentikan! Hentikan!
Lampu padam.
Lampu menyala. Di dalam siluet tampak Supik yang sedang melahirkan. Siluet
kedap kedip tidak beraturan. Setelah melahirkan pencuri lalu masuk mencuri
kembali bayi Supik. Pencuri lalu keluar dari siluet. Pencuri itu
mengendap-endap sambil mengawasi keadaaan sekitarnya. Supik lalu meronta-ronta
dibalik siluet. Pencuri lalu berjalan pelan-pelan keluar panggung.
Lampu
padam,
Lampu
kembali menyala. Supik tampak sedih dan meratap disebelah kiri panggung.
60.
Supik: Oh nak. Kenapa kau harus pergi lagi dari pelukan, Mak. Siapa orang yang
tega memisahkan kamu dengan emakmu ini? Kenapa orang-orang itu tega memisahkan
kita berdua? Aku tidak percaya kenapa hal ini terus terjadi? Ya Tuhan Apa salah
hambamu ini? Kenapa hambamu ini tidak diperkenankan untuk bisa hidup bersama
dengan anak hamba? Tuhan kembalikan Ia. Kembalikan anak hamba ke pelukan hamba
Tuhan!
ADEGAN
3
Anak-anak masuk ke panggung. Mereka
berjalan riang gembira. Anak-anak itu lalu mendekati Supik.
61.
Yanti: Kenapa kamu bersedih sendiri disini?
62.
Supik: Ibu telah kehilangan anak-anak Ibu. Mereka semua diculik orang.
63.
Yanti: Sebaiknya Ibu jangan sedih. Emak ku pernah bilang kalau kita jangan
terus bersedih. (berpikir) daripada kamu bersedih lebih baik kamu bermain-main
saja denganku.
Yanti
lalu mengajak Supik bermain permainan tradisional. Mereka tampak riang gembira
memainkan permainan itu.
Ketika mereka sedang asyik bermain Zulaikha
masuk ke panggung lalu menghentikan Yanti bermain. Selanjutnya Zulaikha lalu
membawa pulang Yanti.
64..
Zulaikha: Kau jangan main-main dengan Supik. Nanti bisa-bisa kau dimakan sama
Supik. Mau kau dimakan sama Supik?
65.
Yanti: Tapi Yanti belum pernah lihat dia makan orang.
67.
Zulaikha: kau saja yang tidak tahu. Kemaren itu anak Kepala Desa itu hilang
karena dimakan sama Dia.
68.
Yanti: Ah Ibu Bohong,
69.
Zulaikha: Sudahlah Ayo kita pulang.
70.
Zulaikha: Awas yo kau, Pik. Jangan pernah selangkahpun kau dekati anak aku
lagi. Kalau berani akan habis kau.
Zulaikha
dan Supik lalu meninggalkan panggung.
71.
Supik: Apa salahnya aku bermain dengan
anak-anak. Kenapa tidak boleh? Apa mereka takut terkena penyakitku?
Mereka takut anak-anak mereka disiksa takut anak-anak mereka kumakan? Aku tidak
mungkin melakukan hal itu karena aku sangat menyayangi mereka. Aku sangat
menyayangi anak-anak. Mereka semua baik-baik tidak seperti orang tua mereka.
(Tiba-tiba penyakit Ayan Supik kambuh) Daripada aku bersedih disini lebih baik
aku memancing disungai. Biarlah aku meikmati kesendirianku dengan tenangnya
aliran sungai itu. Apalagi di rumahku sudah tidak ada lagi makanan untuk
kumakan. Sebaiknya aku pergi sekarang.
Supik
lalu mengambil pancingan bambu yang ada di dekatnya. Lalu ia pergi ke sungai.
Di sungai ia memancing sambil merenung nasib buruknya. Tiba-tiba penyakit
ayannya kambuh. Kambuh penyakitnya ini lebih hebat daripada biasanya. Tidak
lama kemudian ia jatuh ke sungai dan mati disana.
LAMPU
PADAM
Lampu
kembali menyala. Di panggung terlihat mayat Supik. Zulaikha yang kebetulan
lewat menjadi kaget dan mendekati mayat itu. Setelah mengetahui bahwa itu mayat
Supik Zulaikha menjadi kaget, ia lalu menangis di hadapan mayat itu
72.
Zulaikha: (bersedih, menjerit dan menangis) Ya Allah Supik. Supik. Apa yang
terjadi padamu? Kenapa kau meninggal? Kenapa kau cepat pergi meninggalkan dunia
ini?
Tolet
yang kaget dengan jeritan Zulaikha pergi masuk ke panggung dan mendekati
Zulaikha.
73.
Tolet: Ada apa ini? Ada kejadian apa? Apa yang terjadi?
Zuleikha:
Supik bang. Supik meninggal dunia. Dia kutemukan sudah membusuk disini.
74.Tolet:
Innalillahi wa inna ilaihi raji’un. Siapa yang tega melakukan hal ini? Pasti
kamu kan! Kamu kan selama ini menghina, mencaci maki dan menganiyaya Supik. Ini
pasti salahmu!
75.
Zuleikha: Sembarangan saja kau berbicara. Aku tidak mungkin melakukan hal ini
kepadanya. Aku tidak mungkin melakukan hal setega ini. Oh iya aku ingat dia
bilang kalau dia diperkosa sampai akhirnya melahirkan tiga kali. Aku yakin kamu
adalah pelakunya! Kamu tidak suka kalau aibmu terbongkar hingga akhirnya kamu
menculik anaknya dan membunuhnya.
76.
Tolet: Tidak mungkin aku melakukannya. Mana mungkin aku berbuat setega itu. Ini
pasti ulahmu kan!
77.
Zulaikha: Pasti kamu!
78.
Tolet: Bukan Aku! Kamu!
79.
Zulaikha: Kamu pasti kamu!
80.
Tolet: Kau!
Mereka
terus bertengkar dan saling menyalahkan siapa yang telah menyebabkan Supik
tewas. Azila masuk ke panggung dan menggeleng-gelengkan kepala atas kejadian
itu. Azila lalu menghentikan pertengkaran mereka berdua.
81.
Azila: (berteriak) Sudah! Hentikan! Tidak ada gunanya kalian melakukan itu!
Tidak ada gunanya kalian saling menyalahkan siapa yang membunuh Supik. Semua
ini adalah salah kita. Salah kita yang sengaja mengabaikan dia dari kehidupan.
Salah kita yang sengaja menelantarkan dia sendirian dan membiarkan dia
menjalani hidup dalam kesunyian! Sudahlah jangan bertengkar lagi! Lebih baik
kita makamkan dia dengan cara yang layak.
Mayat Supik lalu mereka gotong
menuju keluar panggung. Musik sedih mengiringi kepergian mereka keluar
panggung.
LAMPU
PADAM
TAMAT
Jambi, 12 September 2015
Komentar
Posting Komentar