Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2017

Artiel: Jika ada Pria Miskin dan Tunawisma Melamar Cewek Apakah akan Diterima? Jawabannya Sungguh Mengejutkan

Jika ada Pria Miskin dan Tunawisma Melamar Cewek Apakah akan Diterima? Jawabannya Sungguh Mengejutkan oleh: Febrianiko Satria Suatu hari ketika lagi pusing memikirkan skripsi, saya iseng melihat-lihat  timeline  BBM melihat foto-foto cantik dari teman perempuan saya. Ketika asyik menggombal beberapa cewek, saya dikagetkan dengan teman saya yang cewek tiba-tiba sudah nikah. Lho kok bisa cepat amat ya. Ini gak ada angin gak ada hujan tiba-tiba dilamar aja. Pikiran saya tiba-tiba melayang ke mana-mana. Membayangkan mulai yang baik-baik hingga berbagai kemungkinan buruk yang ada. Daripada saya bingung saya pun lalu iseng bertanya pada teman-teman saya yang cewek dan jomblo. Pertanyaannya mudah aja sih: Jika ada seorang pemuda miskin yang baru beberapa hari mengenalmu dan dia tidak punya tempat tinggal mau melamarmu. Nah apa yang akan kamu lakukan? Menerima atau tidak? Sebelumnya perkara miskin dan tak punya tempat tinggal sengaja saya tambahkan agar bisa semakin menunjukkan piliha

ARTIKEL: Kalau Kamu Mengalami Hal Ini Selama Kuliah di FKIP UNJA, Berarti Kamu Sudah Menjadi Mahasiswa Tua

Kalau Kamu Mengalami Hal Ini Selama Kuliah di FKIP UNJA, Berarti Kamu Sudah Menjadi Mahasiswa Tua oleh: Febrianiko Satria Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) adalah Fakultas dari Universitas Jambi yang menghasilkan guru-guru untuk membangun negara tercinta.  Azek.  Sebagai mahasiswa tua yang telah lama bertapa dengan urusan skripsi, saya akan membagikan berbagai ciri khas semester tua berdasarkan pengamatan saya sebagai Mbah Alex yang terkenal sejak jaman dinosaurus. Wajah Kusut Wajah mahasiswa tua sudah pasti sangat kusut. Bayangkan aja sudah mikirin mata kuliah yang tidak tuntas. Eh mikirin kapan wisuda, mana Bos di rumah nanya mulu kapan wisuda. Jangankan mikir wisuda, judul skripsi aja selalu ditolak dosen pembimbing. (Malah curhat hahaha). Selalu Menenteng Tas Berisi Skripsi dan Buku Dulu ketika masih berstatus mahasiswa muda paling malas yang namanya menenteng buku. Jangankan menenteng yang ada malah ditinggal di rumah. Sekarang semester tua harus beda. B

ARTIKEL: SEANDAINYA AKU ADALAH AHOK

SEANDAINYA AKU ADALAH AHOK Oleh: Febrianiko Satria Pilkada Jakarta sudah selesai. Indonesia yang selama ini dipusingkan dengan berbagai masalah Pilkada Ibukota sudah tidak perlu ribut lagi. Status di medsos yang awalnya ricuh penuh pertentangan mulai adem. Ahok awalnya dicaci maki karena dugaan penistaan agama hingga didemo setiap bulannya. Kini, gelombang caci maki mulai sedikit mereda. Jakarta mulai tampak damai seperti biasanya. Tidak bisa dibayangkan apa yang dirasakan Ahok saat ini. Mulai dari ketika Pilkada dia selalu diserang dengan ejekan kafir, dilanjutkan dengan dugaan penistaan agama terhadapnya, hingga dia didemo besar-besaran. Sekarang, dia kalah dalam perhelatan Pilkada. Bisa dibayangkan betapa dia sangat terpukul dengan hal ini. Betapa banyak hal yang dilakukannya untuk Jakarta ketika menjabat, namun pada Pilkada kali ini dia 'seolah-olah dikhianati' oleh warganya sendiri. Saya sendiri mungkin akan merajuk bermingu-minggu seperti orang yang baru sa

Fiksi Mini Honor

HONOR karya: Febrianiko Satria Sudah berbagai tulisan Rio kirimkan ke banyak koran. Ada beberapa cerpen ataupun esai yang masuk. Namun, setelah berbulan menunggu honor tulisan Rio belum juga ditransfer redaksi. "Eh kenapa kamu sibuk dengan hpmu. Sini bantu Bapak ke kebun," perintah Ayah. "Rio sedang nulis, Pak," jawab Rio. "Tidak ada gunanya juga nulis itu. Tidak menghasilkan uang juga," bantah Ayah. "Ada kok tulisan Rio yang dimuat kok. Ada honornya juga," bantah Rio lagi. "Sekarang tunjukkan mana uangnya?" tanya Ayah. Rio hanya membisu lalu masuk ke kamarnya. * Febrianiko Satria, lahir di Jambi dan berkuliah di UNJA FKIP Bahasa dan Sastra Indonesia. Sehari-hari aktif sebagai ketua Komunitas Berani Menulis. Pertama kali dipublikasikan di IMC Campus https://campus.imcnews.id/read/honor tanggal 13 Mei 2017

CERPEN: REMUKNYA BULA DIPERTENGAHAN TAHUN

REMUKNYA BULAN DIPERTENGAHAN TAHUN oleh: Febrianiko Satria             Bibir-bibir itu bertengkar satu sama lainnya. Bibir-bibir itu saling serang, saling sikut dan saling menyalahkan tentang nasib nenek yang sedang terlunta-lunta. Bibir pertama mengatakan kalau seharusnya nenek itu tidak perlu membuka tutup saji kepada bibir yang kelaparan  di bulan sejuta do’a. Bibir yang lain mengatakan ini semua demi alasan kemanusiaan. Bibir pertama tidak terima lalu meludah ke bibir kedua. Bibir kedua menjadi berang karena merasa terhina. Bibir kedua lalu memuntahkan isi perutnya ke bibir pertama. Ludah dan muntah berterbangan mengotori nafas cakrawala. ***             Surya belum menampakkan diri di atap bumi. Sepi dan dingin masih menyelimuti bumi. Hanya imbauan dari toa masjid yang masih terdengar membangunkan manusia yang terlelap dari tidurnya, agar bisa menikmati sahur. Murtinem, wanita tua berbadan bongsor itu sudah sahur langsung bersiap-siap di warung makannya. Murtinem m

Esai NENEK GERGASI DAN PUTRI KASTURI: Ketika Anak-anak Menikmati Indahnya Seni Jambi:

NENEK GERGASI DAN PUTRI KASTURI:  Ketika Anak-anak Menikmati Indahnya Seni Jambi oleh: Febrianiko Satria Apa yang anda pikirkan ketika melihat anak-anak yang masih lucu bermain di atas panggung? Mungkin anda akan menganggap bahwa mereka hanya bermain-main tidak serius menampilkan pertunjukkan. Itu adalah hal umum yang biasa akan terjawab oleh orang dewasa. Hal berbeda terjadi pada Sabtu (1/4) di Taman Budaya Jambi. Sekelompok anak-anak mementaskan teater dengan sangat serius. Teater yang biasanya ditampilkan oleh orang-orang dewasa dengan lakon yang bercerita tentang kesedihan atau kegembiraan hidup, ini bisa ditampilkan anak-anak yang masih sangat polos. Seolah-olah anak-anak yang rerata masih SD ini tidak mau kalah dengan orang dewasa. Anak-anak SD ini membuktikan bahwa mereka bisa menampilkannya. Sekelompok anak-anak ini tergabung dalam Teater Ananda Sekato. Pada penampilan mereka yang kedua ini, menampilkan Lakon Nenek Gergasi dan Putri Kasturi karya Yuyun DNS dengan S

Puisi Rantai Akar Udara

RANTAI, AKAR, UDARA karya: Febrianiko Satria Layaknya rantai Kita saling terikat satu sama lain Terikat dalam rasa yang sama Sukma kita saling berkoneksi satu dan yang lain Layaknya akar Kita saling menguatkan Menguatkan segala duka Yang menggerogoti dada Menguatkan segala suka Yang membebaskan jiwa Layaknya udara Kita saling memberi nafas Kuhembuskan hayat dari lidahku ke lidahmu Agar tercipta kesegaran dalam jiwamu Hingga kau bangkit dari keterpurukanmu Layaknya bambu Kita bersama tumbuh tinggi Mencakar bintang-bintang di cakrawala Merongrong sejuta rintihan awan Menaruh mentari kembali ke pangkuan cakrawala Layaknya akar, rantai, udara dan bambu Kita  goreskan sejuta lukisan dalam angan Mencoret sejuta asa dalam angan-angan Kita catatkan pelangi indah Menghiasi suramnya nusantara * Febrianiko Satria lahir di bulan Valent i ne yang sangat romantis jadi sudah pasti orangnya romantis. Hobi baca dan menghayal. Bercita-ci

CERPEN TIRAI

TIRAI karya: Febrianiko Satria Rumah itu berubah menjadi laksana rimba. Teriakan dan rintihan selalu terdengar menghiasi rumah ini. Jemari kecil menangis melihat perkelahian antar penguasa rimba yang semakin sengit. Jemari kecil tidak bisa berbuat berbuat apa-apa, Dia hanya bisa menangis dalam kesunyian ***             Thalib, pria bertubuh kurus, berambut pendek dan berwajah polos sedang duduk sambil menonton video dari  smartphonenya . Dihadapannya Mutia, wanita berkulit putih, berambut panjang dan berwajah manis sedang duduk dengan wajah penuh penyelasan. Sabar bertanya ke Mutia dengan nada santai “Sudah berapa kali kau tenggalam dalam pria sebelum aku menikahimu dihadapan penghulu?”             Mutia kaget mendengar pertanyaan dari Tholib. Mutia terbata-bata menjawab pertanyaan Tholib. “Tidak banyak hanya beberapa orang saja.” Mutia lalu melanjutkan. “Tapi itu hanya masa laluku saja. Sekarang aku tidak mengulanginya.”  “Masa lalu ya memang masa lalu. Seandain

CERPEN MELALANG

MELALANG karya: Febrianiko Satria Setan tertawa terpingkal-pingkal. Suara tawa dan erangan memenuhi ruangan itu. Ruangan itu berubah menjadi kelam. Suara kedua insan manusia yang sedang digelora asmara lalu terdengar oleh setan yang lainnya. Setan dan Iblis akhirnya berkumpul dan berhimpit-himpitan di ruangan sempit itu. Kedua insan manusia itu menjadi tontonan gratis Iblis dan Setan. Iblis dan setan lalu bersorak meriah dan bertepuk tangan setelah melihat aksi kedua cucu adam ini. Mereka lalu bersorak agar kedua insan manusia ini melakukan lagi dosa mereka. Insan manusia seolah-olah mendengar suara dari makhluk ghaib ini. Lelaki dan perempuan lalu larut kembali dalam dosa sedangkan setan dan iblis tertawa menikmati tontonan dosa. ***             Malam bertambah malam, kesunyian perlahan-lahan bertambah dari detik ke detik. Jarum jam terus merayu-rayu agar mata bisa sekedar memanjakan diri dari aktifitas yang terus menerus berlalu. Sekuat apapun jarum jam merayu nam