Hal-Hal Unik yang Ditemukan dalam Pagelaran Suluk Bambu Teater Tonggak


Pagelaran Suluk Bambu yang digelar oleh Teater Tonggak Jambi di Taman Budaya Jambi (biasa disebut GOS Sungai Kambang) telah usai. Berbagai hal unik terjadi  selama acara berlangsung. Hal-hal unik ini akan saya paparkan satu persatu dalam paragraf selanjutnya dalam tulisan ini.
Pertama, pagelaran yang notabene merupakan acara Teater Tonggak ternyata tidak hanya diisi oleh Teater Tonggak sendiri. Ada beberapa kelompok seni yang ikut serta dalam pargelaran Suluk Bambu.
Kelompok seni yang ikut serta di antaranya; Teater Tonggak sendiri, selanjutnya Teater Alief, Teater Lam Alief, Kelompok Wak Kocai, Sanggar Sialang Rayo, Teater Kuju, Teater Art In Revolt (AiR), Kelompok Hasil Workshop Ngaji Tubuh, Kelompok Bengkel TBJ serta  Sanggar Tanah Pilih dan Sakti Alam Watir.

Jarang sekali sebuah pagelaran mengikut sertakan banyak kelompok seni. Biasanya kelompok seni setiap tampil hanya menampilkan kelompoknya sendiri tanpa mengajak kelompok lain untuk ikut juga tampil. Namun hal ini patut diberi apresiasi karena berhasil menyatukan banyak kelompok seni di Jambi.

Kedua, dari sisi jumlah yang dipertunjukan. Dari tanggal 10-12 November menyajikan banyak pertunjukan yang jarang dilihat di Jambi (walaupun di Jambi juga jarang dilakukan pertunjukan seni).
Saya lihat sendiri ada banyak pertunjukan yang ditampilkan, mulai dari penampilan kelompok Wak Kocai, baca puisi dari Ari Ce'gu, penampilan Tari dan Musik dari Bengkel TBJ, Demo lukis dari Kelompok Lukis Ceret,  Penampikan hasil Workshop Ngaji Tubuh oleh Tony Broer. Dilanjutkan penampilan inti yakni teatrikal Menara Langit oleh Teater Tonggak, teatrikal Nekut oleh Sanggar Sialang Rayo dan teatrikal Opera Manusia dari Teater Art In Revolt.

Tidak hanya teatrikal ada juga seni instalasi di antaranya; Tangga Langit karya Didin Siroz, instalasi Nekut oleh Sialang Rayo, Incung oleh Teater Kuju FIB UNJA, Ruang oleh Ja'far Rasuh dan Perjalanan Putih dari Ide Bagus Putra. Ada pula pameran lukis dari Sanggar Tanah Pilih dan pameran foto dari Sakti Alam Watir.

Banyak sekali hal yang  membuat acara menjadi menarik untuk ditonton dan dilihat. Hal ini tentu menjadi hiburan yang cukup  warga Jambi yang sehari-harinya sibuk dengan urusan pekerjaan sehari-hari.

Namun di antara banyak kelebihan di atas tentu juga tak lepas dari kekurangan-kekurangan. Kekurangan pertama yakni ketika pertunjukkan Sabtu malam (11/10) terjadi hujan deras. Saat itu banyak sekali warga Jambi yang datang menonton. Namun malang tak bisa ditolak  hujan datang dan menyebabkan pertunjukkan ditunda hingga Minggu malam.

Sayangnya ketika Minggu malam pengunjung sudah sepi. Banyak yang memilih untuk tetap di rumah. Apalagi mengingat esoknya yakni senin adalah hari kembali bekerja dan bersekolah. Warga Jambi pasti lebih berkemas di rumah menyiapkan pakaian untuk kerja esok ataupun memilih menyiapkan buku-buku jika masih sekolah. Memang kehendak Tuhan tidak bisa dilawan. Jadi kita hanya bisa terima apa adanya.

Tidak hanya itu, ketika pagelaran Minggu malam dilakukan terlalu malam. Pagelaran yang sejatinya dimulai pukul 19:00 WIB ditunda hingga sekitar pukul 20:40 WIB. Hal ini tentu mengganggu mereka yang harus kerja dan sekolah esok harinya.

Saya harap ke depannya tidak lagi dimulai terlalu malam. Toh selain nampil kita juga harus memikirkan penonton yang harus bersiap-siap untuk hari Senin. Bukan hanya penonton saja, pemain yang juga masih berstatus mahasiswa juga sebaiknya diperhatikan. Kan kasihan kalau paginya terlambat lalu kena marah dosen. Terus siapa yang harus disalahkan. Nah lho.

Ketika pertunjukan juga ditampilkan pertunjukan tari dan musik dari Bengkel TBJ yang katanya untuk pagelaran jelang TKTB di Medan. Menurut saya tari dan  musik yang akan dibawa ke TKTB di Medan bisa dibilang belum layak.

Bengkel TBJ yang seharusnya memiliki sumber daya manusia yang lebih baik malah menampilkan tari dan musik yang bisa dibilang tidak jauh beda dengan pertunjukkan pensi ala anak SMA.
Mungkin ini hanya perasaan saya saja atau apa. Apalagi saya adalah orang yang awam di bidang tari dan musik. Siapa tahu yang lebih ahli merasakan kelebihan yang membuat mereka layak untuk tampil di TKTB di Medan.

Terlepas dari itu semua. Pertunjukkan yang dilakukan sejak 10 hingga 12 November 2017 memberikan hiburan gratis sendiri untuk masyarakat Jambi terutama yang dekat dengan wilayah Taman Budaya Jambi.

Setelah pagelaran Prodi Sastra Indonesia FIB UNJA yang juga di TBJ dan Pagelaran Lukisan oleh Setarawarna di Taman Jomblo, Kota Baru, pagelaran Suluk Bambu bisa menjadi penghilang dahaga hiburan untuk wilayah Jambi, khususnya Kota Jambi.

Semoga kedepannya akan lebih banyak lagi pertunjukkan "aneh" yang dilakukan di Jambi yang memberikan warna bagi seni di Jambi.

Pertama dipublikasikan di IMC Campus  https://campus.imcnews.id/read/hal-hal-unik-yang-ditemukan-dalam-pagelaran-suluk-bambu-teater-tonggak

Komentar

Postingan populer dari blog ini

RS4: Mencontek Di Sekolah (drama)

Naskah drama: Kasih Ibu

Cerpen: Mengejar Cinta Seorang Cowok