Cerpen: Dasar Bodoh Semua
Hari ini saya
akan memposting cerpen yang saya ikut sertakan dalam lomba Pekan Seni Mahasiswa
Daerah (Peksimida) di Jambi tahun 2014 cabang Cerpen yang diadakan tanggal 23
Juni 2014. Alhamdulillah saya berhasil mendapatkan Juara 3 pada lomba
Peksimida. Sebelumnya saya mengucapkan terima kasih kepada Allah swt, terima
kasih kepada bang Aart S. Jauhari yang sudah mengajari saya teknik menulis yang
belum saya ketahui dan juga bang Anggit Eko Suseno yang juga mengawasi proses
belajar menulis saya. Terima kasih semuanya.
Selamat membaca!
DASAR BODOH SEMUA
Karya: Febrianiko
Satria
Iblis-iblis itu saling menghujam dan saling membunuh satu sama lainnya demi
Sang Calon Raja yang diinginkannya. Di pikirannya terus terbayang semua
surganya neraka apabila Sang Raja yang di inginkannya menang dalam Pemilihan
Raja ini. Ia tidak peduli dengan semua bisikan halusnya kepada rakyat ataupun
darah yang tertumpah karena menelan semua kebohongannya. Baginya yang
terpenting adalah dirinya sendiri. Ia tertawa riang melihat kebohongannya
menari-menari ditengah kerajaan.
***
Disuatu Kerajaan bernama Rimaulati sedang melaksanakan pemilihan kepala Negara.
Sang Raja sudah sangat tua memutuskan untuk mencari penggantinya. Sayangnya
Raja itu tak beristri dan tidak pula memiliki anak. Untuk itulah ia memutuskan
untuk melakukan Pemilihan raja dengan sistem demokratis. Pemilihan Raja ini
bisa di ikuti oleh siapa saja mulai dari kalangan rakyat, militer, pengusaha
hingga bangsawan. Sang Raja lalu segera membentuk sebuah Badan Pemilihan Raja
untuk mencari penggantinya. BPR ini lalu menyerahkan berbagai macam pengumuman
ke seluruh negara. Semua rakyat menyambut gembira pemilihan ini.
Badan Pemilihan Raja (BPR) akhirnya berhasil mengumpulkan 50 orang pendaftar.
Para pendaftar itu akhirnya diseleksi dengan berbagai macam ujian. Dari banyak
pendaftar itu terus bersaing dalam seleksi dan akhirnya menyisakan 6 orang
peserta. Seorang petani, Seorang Perkebun, Seorang Jendral, Seorang Pedagang,
Sang Nelayan dan Seorang Bangsawan. Dari enam orang peserta itu tersisalah
seorang Nelayan dan seorang Jendral. Mereka mengikuti berbagai ujian seleksi
lagi dan akhirnya mereka berdua menang di berbagai ujian seleksi tersebut.
Karena mereka berdua cukup hebat akhirnya sang raja memutuskan untuk melakukan
pemungutan suara. Pemungutan itu berlangsung pada tahun depan.
Sang
Nelayan berusaha mendapatkan dukungannya dengan cara bekerja sama dengan
Perkebun dan Sang Pedagang. Sedangkan Sang Jendral juga bekerja sama dengan
Sang Bangsawan dan Sang Petani.
Para
anak buah sang Jendral yang bersifat Penjilat lalu berusaha meyakinkan semua
anggota militer untuk memilih Sang Jendral. Namun hal itu dihentikan Sang
Jendral dengan memerintahkan agar semua anak buahnya agar bersifat netral. Sang
Jendral lalu keluar dari militer kerajaan untuk meyakinkan semua anak buahnya
agar tetap bersifat netral.
Para
rekan Sang Nelayan juga melakukan hal yang sama agar semua nelayan memilih Sang
Nelayan untuk menjadi Raja. Tetapi Sang Nelayan menghentikannya dan menyuruh
para nelayan agar memilih sesuai hati nuraninya.
***
Badai
tampak dari kejauhan, ia akan menghancurkan perdamaian kerajaan.
Untuk
memenangkan Sang Nelayan. Sang Pedagang berusaha mengalahkan Sang Kepala
Militer dengan menyebarkan pamphlet gelap yang berisi berbagai pembantaian
rakyat yang pernah dilakukan sang Jendral. Walaupun itu semua tidak pernah
terjadi.
Sebagai hasil dari pamphlet gelap itu masyarakat menjadi takut untuk memilih
sang Jendral walaupun sang Jendral itu adalah seorang Jendral yang baik dengan
alasan jika . Untuk menghilangkan kabar buruk dan mengembalikan jumlah
pemilih, Sang Bangsawan juga mengumpulkan rakyatnya di sebuah ruangan megah dan
memberikan sebuah pengumuman.
“Perhatian kalian semua mulai saat ini kalian tidak boleh memakan ikan hasil
tangkapan Sang Nelayan karena ia menggunakan racun untuk menangkap ikan.
Takutnya kalian akan keracunan karena memakan ikan dari Sang Nelayan.”
Kata Sang Bangsawan dengan ekspresi meyakinkan.
“Ah
tidak mungkin.” Bantah salah satu rakyat.
“Kalian tahu tidak banyak orang keracunan di daerah barat itu karena apa?”
Tanya Sang Bangsawan.
“Memangnya karena apa?”
“Itu
karena mereka memakan ikan hasil tangkapan Sang Nelayan.”
“Apa?”
Sebagai hasil dari pengumuman bohong yang penuh kepalsuan dari Sang Bangsawan,
Penghasilan Sang Nelayan langsung turun secara drastis. Untuk mengembalikan
suara Sang Nelayan, Sang Perkebun langsung memberikan fakta jujur tentang
Nelayan bahwa ia menggunakan jaring biasa ketika menangkap ikan di laut. Lalu
membuat gossip di kalangan rakyat bahwa Sang Jendral ketika perang
mengambil banyak wanita untuk dijadikan wanita simpanan pemuas nafsu bejat sang
jendral.
Tentu
saja banyak sekali pendukung sang Jendral tersinggung. Sang Petani lalu
berusaha memperbaiki citra buruk pemimpinnya lalu menyebarkan isu tentang Sang
Nelayan bahwa Sang Nelayan ketika melaut diberikan sebuah kapal besar hasil
pemberian salah satu Raja dari Negara lain.
Sudah pasti
banyak rakyat kaget dengan kabar burung itu. Mereka takut kalau sang Nelayan
sudah dibekingi oleh Raja-Raja dari Negara lain jadi kalau Sang Nelayan sudah
berkuasa maka Raja-Raja yang mendukungnya bakal meminta imbalan berupa wilayah
atau kekayaan dari Negaranya.
Sudah pasti para pendukung Sang Nelayan sangat geram dengan hal itu. Mereka
menolak dengan tegas hal itu. Mereka lalu memberikan sebuah fakta bahwa Sang
Nelayan tidak memiliki kapal melainkan sebuah perahu tua bekas peninggalan Ayah
Sang Nelayan.
Pendukung
Sang Nelayan lalu memberikan isu miring tentang Sang Bangsawan yang merupakan
pendukung Sang Jendral. Diketahui Sang Bangsawan bersifat semena-mena dengan
Rakyat jelata. Sang Bangsawan juga diberitakan kalau ia hanya memanfaatkan Sang
Jendral sebagai Boneka untuk menjadi Raja sesungguhnya. Sang Pedagang yang
merupakan pendukung Sang Nelayan berani pasang badan bahwa pernyataanya itu
benar adanya.
“Pegang kata-kataku Bangsawan itu selalu begitu aku sering mendengar pengakuan
dari orang-orang sekitarnya.” Kata Sang Pedagang dengan lantang dan sangat
meyakinkan.
Faktanya memang sang Bangsawan berlaku demikian kepada rakyatnya. Ia juga
memang memanfaatkan Sang Jendral sebagai boneka agar ia menjadi Raja
sesungguhnya. Namun tentu saja Sang Bangsawan menyembunyikan fakta ini.
Dihadapan rakyatnya ia berpura-pura bersedih dan tidak terima dengan gosip
itu. Agar menghilangkan pandangan buruk masyarakat tentang dirinya. Ia lalu
berpura-pura baik dengan masyarakat lalu memberikan sumbangan dengan
embel-embel agar semua Rakyat mau memilih sang Jendral untuk menjadi
Raja.
Sayup-sayup terdengar kabar miring yang diarahkan ke Sang Pedagang selaku
pendukung Sang Nelayan. Diceritakan kalau Sang Pedagang sengaja menjadikan Sang
Nelayan sebagai Raja agar ia bisa memonopoli dunia perdagangan.
Sebenarnya Sang Pedagang memang ingin melakukan hal itu jika Sang Nelayan
menjadi Raja berikutnya. Tetapi tentu saja ia berpura-pura tidak terima dan
berusaha berpura-pura baik dihadapan rakyat banyak. Ia lalu memberikan bonus
kepada semua konsumennya dengan embel-embel agar memilih Sang Jendral untuk
menjadi Raja.
Sang
Raja akhirnya menjadi pusing sendiri dengan berbagai macam isu miring dan
gossip yang terus menimpa masing-masing calon penggantinya. Untuk menengahi
para pendukung gila itu, Sang Raja lalu membuatkan semacam acara debat yang
dilaksanakan minggu depan. Tujuan debat ini agar masyarakatnya benar-benar tahu
siapa calon pemimpinnya.
***
Tibalah
dihari dimana acara debat para raja itu dilaksanakan. Tema acara debat itu
adalah tentang Perekonomian Negara.
“Para
rakyatku sekalian kita mulai acara debat ini.” Kata Raja mengakhiri sambutan
dan memulai debat.
Rakyat
lalu bersorak gembira.
Acara
debat berlangsung secara lancar namun diakhir acara debat para pendukung
masing-masing calon Raja saling bersenggolan dan akhirnya menjadi sebuah
keributan antara satu sama lainnya lalu terjadi kerusuhan sepanjang acara
debat. Sang Raja lalu menyuruh pasukan istana untuk menghentikan kerusuhan itu
dan membubarkan acara debat.
Suasana
kerajaan lalu semakin lama semakin tidak nyaman karena masing-masing pendukung
terjadi semacam perang dingin yang kotor. Masing-masing para pendukung secara
sengaja dan terang-terangan memberikan bantuan kepada masyarakat. Tentu saja
hal ini tidak gratis karena rakyat dipaksa memilih Calon Raja berikutnya yang
diinginkan dari masing-masing pendukung.
Ditengah kekisruhan itu Sang Raja lalu membuat acara debat lagi. Kali ini Sang
raja membuat Tema “Kesatuan dan Persatuan Bangsa”. Tujuan dibuatnya tema
tersebut agar rakyatnya menjadi kembali damai tanpa perpecahan atas saran dari
Calon Raja masing-masing.
Namun
sayangnya acara debat itu malah menjadi rusuh tidak terkendali. Benar-benar
terbalik dari tujuan Sang Raja. Malahan terjadi pertumpahan darah antar
masing-masing pendukung. Korban pun terus berjatuhan akhirnya Sang Raja
menghentikan acara debat ini lagi dengan bantuan pasukan istana lagi.
***
Badai
akhirnya benar-benar datang menghancurkan kedamaian kerajaan. Suasana dalam
Kerajaan semakin lama semakin bertambah parah. Para pendukung yang awalnya
melakukan perang dingin kini malah melakukan Perang yang sesungguhnya. Kini
kerajaan itu tak ubahnya seperti Perang Saudara.
Dari pihak
Sang Nelayan membuat pasukan yang diketuai oleh sang Pedagang. Sedangkan dari
pihak sang Jendral diketuai oleh sang Bangsawan. Mereka memiliki masing-masing
300 pasukan dan terus bertambah dari hari ke hari bagaikan jamur di musim
hujan. Bahkan mereka memiliki benteng pertehanan sendiri. Contohnya dari pihak
Nelaya, mereka memiliki markas di bagian barat kerajaan sedangkan dari pihak
Sang Jendral memiliki kekuasaan di bagian timur kerajaan. Mereka awalnya
membuat benteng kecil lalu lama kelamaan menjadi benteng raksasa. Hingga
akhirnya mereka masing-masing membuat istana megah sendiri-sendiri.
Hingga akhirnya
terjadilah perang besar-besaran selama seminggu ketika dua bulan sebelum
pemilihan raja. Mereka saling daerah satu sama lain. Mereka juga berusaha
merebut daerah kekuasaan satu sama lainnya. Perang ini mengakibatkan
kerugian besar dimasing-masing pihak. Darah terus bertumpah di tanah kerajaan.
Tanah kerajaan yang awalnya subur kini malah menjadi tandus dan gersang karena
terus dikotori oleh tangan-tangan egois yang serakah dengan kekuasaan.
Namun dibalik
peperangan yang rada-rada aneh dan unik itu. Sang Calon raja dari masing-masing
kubu merasakan hal aneh. Mereka merasa yang akan menjadi raja saja tidak
bertengkar tetapi kok malah pendukungnya yang bertengkar malah kini berujung
perang. Akhirnya Sang Nelayan dan Sang Jendral masing-masing pergi sendiri
menyendiri memikirkan pendukung masing-masing yang semakin aneh.
Peperangan yang terus
terjadi semakin membuat sang Raja tidak nyaman. Sang Raja berpikir bahwa hal
ini dapat memecah belah kerajaan dan memicu pemberontakan. Setelah berpikir
panjang selama beberapa hari, akhirnya Sang Raja melakukan penumpasan terhadap
masing-masing pendukung.
***
Penumpasan terus
dilakukan secara berangsur-angsur. Meskipun semakin lama menjadi semakin sulit
karena mulai Sang raja mulai diberitakan yang aneh-aneh. Akhirnya penumpasan
berhasil dilakukan. Perdamaian kembali tercipta di Kerajaan Rimaulati.
Sayangnya ketika Sang Raja ingin melakukan penangkapan masing-masing pemimpin
para pendukung Sang Pedagang, Sang Perkebun, Sang Petani dan Sang Bangsawan
melarikan diri.
Akhirnya dibuat
semacam pengumuman bahwa siapa saja yang dapat menangkap mereka berempat akan
diberikan hadiah besar. Sebulan kemudian akhirnya Sang Perkebun ditangkap di daerah
selatan, Sang Petani di daerah gunung, Sang Bangsawan di hutan dan terakhir
Sang Pedagang di tangkap tak kala akan melarikan diri ke kerajaaan lain
melalui jalur laut.
Seminggu kemudian
tepatnya sehari sebelum Pemilihan Raja, Sang Nelayan dan Sang Jendral yang
menyendiri pulang ke kerajaan untuk memperhatikan para pendukung mereka dan
menghadap Sang Raja. Mereka lalu pergi ke istana untuk bertemu Sang Raja. Setelah
selesai menemui Raja. Sang Nelayan dan Sang Jendral berpidato dihadapan
pendukung-pendukungnya.
“Kalian itu bodoh
mengapa kalian bertengkar hanya demi mendukung calon Raja kalian, Kalian itu
tolol kalian mau saling berbunuh-bunuhan demi kami, Kalian semua itu idiot,
Ngapain kalian saling berperang hanya untuk menunjukkan dukungan kalian. Dasar
bodoh, tolol dan kalian semua idiot! Mulai hari ini kami mundur sebagai Calon
Raja.” Kata Sang Nelayan dan Sang Jendral dihadapan para pendukungnya.
Setelah selesai
berpidato mereka berdua keluar dari istana. Sang Nelayan lalu pergi ke Kerajaan
lain untuk memulai hidup yang baru di Negeri orang. Sedangakan Sang
Jendral pergi ke gunung dan menjadi pertapa.
TAMAT
Jambi, 23 Juni 2014
Komentar
Posting Komentar