Berbagai Cara Memaknai Hari Guru


Oleh: Febrianiko Satria

(Sumber gambar: pixabay.com)

Seperti kita tahu pemaknaan Hari Guru Nasional tentu berbeda untuk tiap orang.


Bagi murid biasanya kebanyakan sanjungan. Betapa Guru sangat berarti dalam kehidupan dia. Meskipun Si Murid nakal sekali tapi Sang Guru tetap tabah menghadapi muridnya.


Bagi lulusan FKIP yang jadi Guru tentu akan sangat bahagia. Sementara yang tidak menjadi Guru ada yang cuek-cuek saja karena mendapat pekerjaan lebih baik. Namun, ada juga yang merasa kangen menjadi Guru, tetapi tidak bisa menjadi Guru karna banyak penyebab.


Hal yang sangat jauh berbeda adalah lulusan FKIP yang tidak jadi Guru dan malah pengangguran. Dia akan bertanya fungsi ijazah yang ia perjuangkan bertahun-tahun ketika kuliah. Untuk golongan ini marilah kita hibur dia dan beri dia lowongan pekerjaan.


Sementara bagi Guru yang menjadi PNS tentu berbeda dengan yang masih honorer. Tak jarang kita temui (terutama dunia maya) banyak Guru honorer yang curhat di dunia maya betapa kerasnya kehidupan sebagai honorer.


Belum lagi tentang kisah pengabdian Guru di perdalaman atau tempat terpencil lainnya. Kisah ini biasanya begitu memilukan. Dengan segala keterbatasan sarana hingga gaji, Sang Guru tetap berusaha mendidik murid-muridnya meskipun harus menghadapi berbagai rintangan.


Namun, pemaknaan Hari Guru Nasional bisa berbanding terbalik dengan Guru yang melakukan kekerasan atau pelecehan kepada murid di sekolah. Tak jarang berbagai hujatan dan sumpah serapah ditujukan kepada Guru ini. Memang kisah seperti ini selalu membuat naik darah. Murid yang ada diposisi lemah bisa dibuat semena-mena oleh Guru. Pada umumnya sanksi yang diberikan juga tidak memuaskan orang tua murid. Cendrung tidak ada niat untuk menghukum Guru bermasalah ini.


Namun kita tidak boleh lupa dengan nasib Guru yang juga mengalami kekerasan. Kita tentu masih ingat banyak kasus penyiksaan yang dilakukan oleh murid terhadap Guru. Hingga beberapa diantaranya meninggal dunia. Seperti yang dialami Guru Budi pada awal tahun ini.


Ya, begitulah kisah-kisah untuk merenungi Hari Guru Nasional ini. Guru yang dalam filosofi Jawa yakni digugu dan ditiru menghadapi ini semua. Meskipun begitu kita berharap apapun kondisinya, Guru terus berusaha belajar untuk meningkatkan kualitas diri dan terus ikhlas mendidik murid-muridnya meskipun banyak masalah akan dihadapi.


Pertama kali diterbitkan pada 25 November 2020 di puntungkolektif.com https://puntungblog.wordpress.com/2018/11/25/berbagai-cara-memaknai-hari-guru-nasional/


Komentar

Postingan populer dari blog ini

RS4: Mencontek Di Sekolah (drama)

Naskah drama: Kasih Ibu

Cerpen: Mengejar Cinta Seorang Cowok