Tukang Parkir dan Kenangannya

sumber gambar: pixabay.com

Lagi ribut-ribut masalah parkir jadi teringat dengan tukang parkir yang dulu jaga toko makanan dekat sekolah.

Beginilah ceritanya, sebagai anak sekolah yang tak memiliki motor. Saya terbiasa diantar ke sekolah  dan di jemput orang tua dari sekolah. Terkadang orang tua memiliki kesibukan. Nah kalau sudah begitu saya harus menunggu hingga di jemput.

Di dekat sekolah ada sebuah toko roti yang dijaga oleh tukang parkir. Untuk toko makanan kelas elit hal ini memang sudah hal biasa kalau toko makanan seperti itu ada tukang parkirnya. Singkat cerita waktu itu tukang parkirnya yang bertato, bertindik dan tampang mirip preman mendekati saya.

Sebagai anak culun dan kuper. Tentu saja saya takut dengan laki-laki itu. Laki-laki itu menghampiri saya dan kami berkenalan. Percakapan mengalir begitu saja dan saya lupa detilnya.

Esoknya orang tua telat lagi menjemput saya. Saya nongkrong lagi di samping sekolah. Tukang parkir itu menghampiri saya lagi minta bantuan.

"Bang. Bisa minta bantu tulis dak?" Tanya Tukang Parkir
"Boleh bang. Minta tulis apa?"
"Begini sayo kan dak biso baco dan nulis. Sayo mau kirim surat cinta untuk pacar sayo. Abang tolong tulis yo," pintanya.
"Boleh bang. Tapi sayo cuma ado pensil bang. Dak ado pena. Dak apo-apo kan?" Tanya saya.
"Yo dak apo-apolah."
Saya mengambil kertas dan pensil dan mulai menulis.
"Tulis yo bang. Kau bagaikan bulan purnama di malam hari. Menerangi kegelapan malam...."
Dalam hati saya tertawa kecil. Ternyata sangar-sangar gini puitis juga. Ha ha ha.
Selesai saya menuliskan surat cinta dengan tulisan saya yang cakar ayam. Tukang parkir itu mengambil kertas yang tadi saya tulis dan tertawa bahagia.

Dari sana saya tahu bahwa tidak semua orang memiliki kesempatan untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Ketika kamu sudah mendapatkannya bersyukurlah.

Di kemudian hari saya mulai tahu bahwa tingkat literasi di Indonesia lemah. Saya membayangkan seandainya tukang parkir tadi sudah bisa membaca dan menulis mungkin pacarnya udah lebih dari satu bermodalkan gombalannya.

Seminggu kemudian tukang parkir itu berhenti dari pekerjaannya digantikan oleh tukang parkir lainnya. Dari tukang parkir yang baru ini saya tahu bahwa dimasa sekolah dulu setiap harinya mereka wajib mendapatkan minimal 20 ribu rupiah. Jika hal itu tidak memenuhi. Mereka harus menanggung sendiri. Terkadang banyak orang yang datang parkir. Tapi terkadang juga sepi. Ya mau tidak mau dia harus menomboki sendiri.

Ketika fenomena politik mulai menyentuh kalangan kelas bawah, menurutku itu baik-baik saja. Walaupun ya kita tahu seringkali itu tidak ditepati ketika "sudah jadi." Ini hal lumrah, memang hanya pada masa kampanye lah mereka bisa diperhatikan. Walaupun ujungnya ya merutuk-rutuki nasib sendiri.


Pernah dimuat di Puntungkolektif.com https://puntungkolektif.com/ribut-tukang-parkir-dan-kenangannya/  pada 15 Januari 2019

Komentar

Postingan populer dari blog ini

RS4: Mencontek Di Sekolah (drama)

Naskah drama: Kasih Ibu

Cerpen: Mengejar Cinta Seorang Cowok