ESAI: Ospek dengan Perundungan, Masih Jamankah?
OSPEK DENGAN PERUNDUNGAN MASIH JAMANKAH?
oleh: Febrianiko Satria
(sumber ilustrasi: https://campus.imcnews.id/read/ospek-dengan-perundungan-masih-jamankah)
Seolah-olah sudah menjadi kebiasaan yang
mendarah daging masa perkenalan mahasiswa baru atau biasa kita sebut
dengan ospek seringkali terjadi berbagai perundungan (bully).
Setiap tahun seringkali ditemukan kasus ini seolah mustahil ada yang
namanya perkenalan mahasiswa junior tanpa perlu adanya perundungan.
Kondisi ini semakin memprihatinkan
karena junior-junior yang menjadi korban hingga luka-luka dan dibawa ke
rumah sakit bahkan meninggal dunia. Ada banyak kekerasan yang dilakukan oleh
senior kepada junior. Bisa jadi kekerasan fisik maupun non fisik.
Kekerasan fisik yang dilakukan dapat berupan tendangan, pukulan ataupun
berbagai serangan lainnya yang memberikan luka-luka pada tubuh. Ada pula
dengan kekerasan nonfisik berupa memarahi junior, membentak bahkan
hingga tindakan sexual secara verbal. Semua hal ini dilakukan dengan
berbagai alasan.
Tidak hanya kekerasan saja. Panitia
ospek seringkali menyuruh mahasiswa baru menggunakan atribut yang
aneh-aneh. Mulai dari memakai topi yang terbuat dari kardus, memakai rok
rumbai-rumbai dari tali plastik, memakai anting jengkol, kalung dari
jahe dan anting-anting dari jengkol. Tidak lupa pula setiap mahasiswa baru
"diwajibkan" memakan permen yang sama untuk satu kelompok ospek tidak
perduli dia laki-laki atau perempuan dan tidak perduli dia memiliki
penyakit atau tidak. Saya sendiri berpikir apakah ini
orientasi mahasiswa atau orientasi anak-anak? Apakah cara ini merupakan
bagian proses pendewasaan diri? Atau penghancuran diri?
Sejarah Ospek
Jika ditelisik dari sejarahnya. Ospek di
Indonesia merupakan tradisi warisan sejak jaman kolonial dulu tepatnya
dari Sekolah Pendidikan Dokter Hindia atau disebut dengan STOVIA
(1898-1927).
Pada masa itu mahasiswa yang baru masuk
harus rela menjadi ‘anak buah’ si kakak kelas dengan cara membersihkan
ruangan senior. Tradisi ini berlanjut hingga masa Geneeskundinge Hooge
School (GHS) atau Sekolah Tinggi Kedokteran (1927-1942).
Pada masa GHS kegiatan ini dibuat
menjadi formal meskipun masih sukarela. Pada waktu itu digunakan istilah
ontgroening atau “membuat tidak hijau lagi". Jadi kegiatan perkenalan
mahasiswa ini sendiri dimaksudkan agar mahasiswa barumenjadi
lebih"dewasa."
Ospek Saat Ini
Pada zaman ini ospek yang merupakan
warisan jaman kolonial semakin memprihatinkan. Banyak di antara
mahasiswa baru menjadi korban mahasiswa senior. Kita tentu masih ingat
dengan kasus Ospek berdarah yang terjadi di ITN Malang pada tahun 2013
lalu. Salah satu mahasiswa baru yakni Fikri menjadi korban
senior-seniornya di ITN Malang.
Tak hanya Fikri teman-temannya juga ikut
menjadi korban kekerasan senior-seniornya bahkan teman-teman Fikri yang
perempuan mendapat perlakuan tak senonoh dari seniornya.
Kekerasan yang terbaru yakni menimpa
mahasiswa baru Mapala UII pada bulan Januari lalu. Pada kasus ini tiga
mahasiswa meninggal dunia dan sepuluh orang dirawat di rumah sakit.
Penyiksaan dilakukan oleh mahasiswa senior pada saat pelatihan dasar
Mapala.
Dari hasil rekontruksi diketahui bahwa
mahasiswa senior memukul korban di titik vital. Tindakan ini jelas di
luar batas kewajaran dan tak selayaknya dilakukan oleh mahasiswa yang
katanya penerus bangsa.
Di Jambi sendiri kekerasan juga terjadi
pada saat PKK Fakultas Peternakan UNJA tahun lalu. Pada waktu itu para
peserta PKK yang merupakan mahasiswa baru disuruh mahasiswa senior untuk
memegang ketiak lalu menggosokkan ke gigi, menyeburkan diri di atas
kotoran sapi, luluran menggunakan kotoran dan urin sapi dan mahasiswa
baru perempuan mengalami pelecehan.
Rektor UNJA yang mengetahui hal ini
langsung membubarkan PKK Fakultas Peternakan dan memberikan sanksi
kepada senior panitia PKK berupa skors selama satu semester (untuk
verbal) dan dua semester (untuk fisik).
Tak hanya itu Rektor UNJA juga
memberikan peringatan keras kepada Dekan Fakultas Peternakan dan Non Job
Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Fakultas Peternakan UNJA
dan menutup PKK Fakultas Peternakan UNJA selama dua tahun.
Melihat berbagai permasalahan yang ada
kita bertanya-tanya. Apakah ospek masih harus dipertahankan? Apa gunanya
Ospek untuk mahasiswa baru? Apakah hanya untuk euforia dan menghabiskan
waktu dan uang? Lantas mengapa praktek perudungan terus terjadi dari
tahun ke tahun? Saya harap pertanyaan ini ada yang menjawabnya.
Sumber data dihimpun dari berbagai sumber oleh penulis.
diterbitkan pertama kali di IMC Campus
https://campus.imcnews.id/read/ospek-dengan-perundungan-masih-jamankah tanggal 12 Agustus 2017
Komentar
Posting Komentar