GELAR SASTRA KARYA MERDEKA JARI MENARI: Sudah Sejauh Mana Sastra Dekat Dengan Masyarakat Biasa
Oleh: Febrianiko Satria
Suatu hari saya diceritakan oleh
teman saya tentang sebuah desa yang semua penduduknya adalah seniman
semua. Awalnya saya tidak percaya dengan cerita itu. Apalagi di Jambi
itu pasti sesuatu yang langka. Dia lalu memintaku untuk membuat acara
yang diadakan di lapangan terbuka yang dekat dengan masyarakat. Kembali
aku tidak yakin karena entah bagaimana caranya.
Hingga akhirnya sore kemarin (15/8/2017)
saya mendapat undangan dari Komunitas Jari Menari yakni Gelar Sastra:
Karya Merdeka. Lokasinya di Perumahan Citra Kenali depan Akbid Budi
Mulya masih sekitaran RSJ Jambi. Itupun saya masih berpikir bahwa acara
itu hanya seremonial biasa yang diisi oleh para pegiat-pegiat literasi
saja sebagaimana yang sudah-sudah.
Namun malam itu (16/8/2017) sungguh jauh
berbeda. Dari awal pertama masuk saya sudah melihat acara itu sudah
dijaga warga setempat bukan hanya anggota Komunitas Jari Menari yang
saya tahu anggotanya masih mahasiswa UIN STS Jambi. Saya jadi semakin
tidak sabar melihat acaranya.
Acara berlangsung mulai dari sambutan
Ketua Jari Menari. Lalu dilanjutkan dengan sambutan dari Ketua RT
setempat. Dilanjutkan dengan renungan tentang Kemerdekaan bersama semua
peserta yang kebanyakan adalah warga Perumahan Citra Kenali. Sebuah
renungan syahdu tentang kemerdekaan dengan lilin dan pembacaan puisi
lalu dilanjutkan dengan baca puisi oleh beberapa Komunitas mulai dari
Komunitas saya sendiri yakni Kombes (Komunitas Berani Menulis), Lapak
Baca Jambi, Sekolah Alam Raya Muara Jambi dan beberapa tokoh masyarakat
yakni Dani Aronds dan Ketua RT 62 Perumahan Citra Kenali tak
ketinggalan pula penampilan seni oleh anak-anak RT 62 Perumahan Citra
Kenali.
Menurut saya apa yang dilakukan oleh
Komunitas Jari Menari adalah hal yang selama ini terlewatkan oleh pegiat
literasi di Jambi. Betapa sering acara dilakukan di cafe-cafe. Namun
lihatlah hasilnya, yang menonton hanya dari orang yang itu ke itu saja.
Sangat jarang ada peserta dari masyarakat umum. Jika pun ada itu hanya
kegiatan yang dilakukan oleh kantor pemerintahan. Kegiatan literasi yang
diniatkan untuk menggalakkan literasi malah hanya menjadi pesta pora
sesama pegiat tanpa memberikan manfaat bagi sekitar.
Sudah saatnya kita tidak hanya
menunggu orang-orang peduli dengan apa yang kita lakukan. Kita juga
harus mencoba agar membuat mereka lebih tertarik dengan literasi.
Caranya ya dengan jemput bola. Tidak hanya menunggu dan menunggu.
Pertama kali diterbitkan di Genta FKIP pada 19 Agustus 2018 http://genta.fkip.unja.ac.id/2017/08/19/gelar-sastra-karya-merdeka-jari-menari-sudah-sejauh-mana-sastra-dekat-dengan-masyarakat-biasa/
Komentar
Posting Komentar