Pembunuh Seksi Yang Kita Bela Mati-matian

Oleh: Febrianiko Satria


Kemaren adalah hari terakhir pemutaran film beramai-ramai film Sexy Killers yang dilakukan di beberapa titik di Indonesia. Berbagai komunitas, aliansi jurnalis dan LSM lingkungan melakukan pemutaran perdana film Sexy Killers, sebuah film produksi Watch Doc.

Sexy Killers atau dalam Bahasa Indonesianya adalah Sang Pembunuh Seksi adalah sebuah film dokumenter yang menceritakan tentang dampak perusahaan batu bara yang beroperasi di Indonesia. Film dokumenter ini sendiri merupakan film karya kolaborasi dari  2 jurnalis dan 14 videografer. Film ini sendiri merupakan seri terakhir dari Ekspedisi Indonesia Biru yang diproduksi oleh Watch Doc, beberapa seri edisi Ekspedisi Indonesia Biru lainnya yakni Asimetris, Kala Benoa, Samin vs Semen, dan lainnya juga menceritakan tentang kerusakan lingkungan.

Dari namanya sendiri yakni Sang Pembunuh Seksi, secara nama kita bisa membayangkan seorang wanita yang memiliki postur tubuh nan aduhai layaknya gitar spanyol seperti Ariel Tatum atau pria yang bertubuh kekar seperti Chris Evans. Pembunuh Seksi ini memegang senjata tajam, entah itu senapan, pistol ataupun hanya pisau dapur biasa. Pembunuh Seksi ini adalah pembunuh profesional yang setiap aksinya yang menewaskan jutaan orang. Namun anehnya, setiap aksinya ini tidak mendapat perlawanan. Bahkan beberapa orang cendrung membantu Pembunuh Seksi ini dengan harapan bisa mencumbu Pembunuh Seksi ini serta menghabiskan malam dengan tidur bersama Pembunuh Seksi ini di sebuah kamar. Ah uh ah uh.

Bayangan Pembunuh Seksi ini sendiri inilah yang ingin disampaikan oleh tim Watch Doc. Ada seorang atau sekelompok pembunuh yang setiap aksinya seringkali mendapat fasilitas dari negara. Aksi pembunuh ini seringkali tidak mendapat perlawanan. Kalaupun ada perlawanan ya sekelompok lembaga bernama negara akan siap sedia membela pembunuh ini.

Pembunuh ini adalah tambang batu bara serta Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). Di Indonesia sendiri ada banyak Tambang Batu Bara yang beroperasi beserta PLTUnya. Sejatinya tambang batu bara  dan PLTU ini beroperasi untuk memenuhi kebutuhan listrik masyarakat. Sayangnya, dampak kerusakan lingkungan yang sangat tinggi harus diterima masyarakat di sekitar tambang dan PLTU. Sungguh ironi kan?

Film Sexy Killers menyoroti dampak yang begitu mengerikan yang diterima masyarakat karena beroperasinya tambang batu bara, PLTU dan kapal tongkang pengangkut batu bara ini. Sejumlah kerusakan lingkungan, rumah, bangunan, hingga kesehatan harus diterima oleh masyarakat sekitar. Berbagai penolakan sejatinya terus dilakukan masyarakat. Namun, penolakan ini hanya dianggap angin lalu oleh pemerintah hingga dewan perwakilan rakyat setempat.

Tak hanya itu, film ini bahkan menelanjangi siapa saja orang-orang yang ada dibalik perusahaan tambang dan PLTU ini. Sejumlah purnawirawan TNI dan pebisnis ada dibalik tambang batu bara dan PLTU. Lebih heboh lagi ternyata pemiliknya merupakan orang-orang yang saat ini sedang bertarung di Pemilihan Presiden tahun 2019 di Indonesia. Wow.

Beberapa hari yang lalu sebelum masa tenang pemilu ini kita disibukkan dengan fenomena cebong dan kampret. Seperti kita tahu cebong dan kampret ini mati-matian membela junjungan Capres dan Cawapres mereka. Seandainya cebong dan kampret ini menonton film ini entah apa reaksi mereka, apakah mereka akan tobat? Atau film ini tidak berakibat apapun untuk mereka? Sejumlah teman yang saya tahu dia adalah cebong atau kampret memilih tidak menonton film ini. Entah apa alasannya saya tidak tahu.

Terlepas dari itu semua film ini memberikan kita pandangan baru tentang listrik yang selama ini kita pakai ternyata juga mengorbankan orang lain. Serta tak seharusnya kita terlalu berlebihan membela junjungan Capres dan Cawapres, toh sejatinya mereka diluar Pilpres ini duduk semeja dan biasa-biasa saja dalam Pilpres ini.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

RS4: Mencontek Di Sekolah (drama)

Naskah drama: Kasih Ibu

Cerpen: Mengejar Cinta Seorang Cowok